Langsung ke konten utama

Cerpenku: Ada Cinta Di Balik Tirai Jendela


Suatu malam, Mira melihat seorang lelaki di lantai dua kosan sebelah rumahnya. Lelaki itu  terlihat kebingungan saat itu. Mira mengintipnya diam-diam dari balik  jendela kamarnya, namun ternyata lelaki itu menyadari dan menatap tajam kembali Mira.  Mira terkejut dan menutup jendelanya saat itu, namun lelaki itu masih terdiam di lantai dua.
“Ngapain sih loe ngintip orang malam-malam dek?”
Mira kaget dengan suara teguran dari kakaknya.Ternyata, kakaknya terbangun melihat polah adik bungsunya itu.
“Nggak apa-apa ka, tadi dikira dikosan sebelah ada maling, soalnya pintunya kebuka. Eh ternyata ada orang yang masih belum tidur dan duduk-duduk di beranda lantai dua kosan itu,”cerita Mira.
Kakaknya mengerutkan wajah. “Jam 12 malam masih ada orang yang belum tidur? Tumben yah. Kakak jadi penasaran, masih ada orangnya?”
“Masih ka, itu…” Mira menunjuk seorang laki-laki yang sedang duduk di beranda kosan itu.
“Hmm, yaudah lah, dia belum bisa tidur kali dek. Sudah yuk, ayo tidur lagi!,” Perintah kakaknya saat itu.
Mira masih terpakmu di situ memandang seorang lelaki yang sedang duduk di beranda lantai dua.
***
Suatu pagi, Mira sangat terburu-buru saat itu. Kakaknya sangat khawatir padanya, ia takut Mira lupa untuk sarapan.
“Mira, kamu nggak sarapan dulu?,” ujar kakaknya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng kepadanya.
“Nggak ka, aku sudah buru-buru. Assalamualaikum ka,” Mira keluar dari rumah dengan mengambil langkah seribu.
***
Mira menyusuri jalan tanpa penuh kehati-hatian, dan tiba-tiba BRUK!
Mira bertubrukan dengan seorang lelaki yang ternyata adalah lelaki yang semalam dilihatnya.
“Maaf ya ka, maaf,” Mira berlalu begitu saja dari lelaki itu dengan menunduk dan tanpa melihat wajah lelaki itu.
***
“Mir, ke perpus kampus yuk, gue mau nyari bahan buat presentasi kamis depan,” Seseorang berbicara pada Mira saat itu, dia adalah Lusi, temannya.
“Hah, perpus? Ya sudah ayo gue antar deh”
Mira dan temannya menyelusuri jalan kampus dan akhirnya tiba di perpustakaan kampus. Mereka pun mencari buku yang mereka cari.
Tiba-tiba…
“Hei, loe yang tubrukan sama gue tadi pagi ya kalau nggak salah,” seorang lelaki menghampiri Mira. Mira terkejut.
“Tubrukan? Em, mungkin iya, tapi tadi aku nggak melihat wajah kamu sih,”ujar Mira sambil menyelusuri pikirannya ke kejadian pagi itu.
“Iya, gue orang yang loe tubruk tadi, loe tadi lewat jalan Mawar 1 kan?,” tanya lelaki itu lagi.
“Em iya-iya betul. Hehehe… Kok bisa tahu sih kalau tadi itu saya?”
“Hehe, dari baju loe. Nama loe siapa?”
“Mira, kamu?”
“Gue Fadhil, oh iya, fakultas apa? Semester berapa?”
“Fakultas ekonomi, semester 2,” Ujar Mira sambil tersenyum.
“Oh, kalau gue sih di fakultas hukum semester 4. “
“Oh gitu..”
“Boleh minta nomor handphone loe nggak? Buat saling kenal aja, siapa tahu suatu saat loe butuh nasihat hukum dari gue. Haha…”
“Hehe iya boleh kok, ini nomor ku 085613451345”
“Oke ini nomor gue 085788889999. Kapan-kapan smsan ya. Oke. Gue mau kembali ke kelas nih, bye”
“Oke bye…”
***
Pertemuan itu tak berakhir di situ. Fadhil pun mulai mengisi hari-hari Mira dengan sms-sms dari Fadhil.
Mir, lagi ngapain?
Sebuah pesan singkat terkirim ke handphone Mira.
Aku lagi smsan sama kakak. Hehe.
Terkirim ke handphone Fadhil.
Dih, tumben pakai kakak? Ada apa Mir? (Balas Fadhil)
Hehe, kan kakak lebih tua dari pada aku, (Balas Mira)
Kaku ah kamu, nggak usah pake kakak gitu, gue loe atau aku kamu aja ya?. (Balas Fadhil)
Hehe iya diusahain deh ka.. (tuh kan keceplosan lagi) xixixi (Balas Mira)
Dih gitu, iya deh hhe. Oh iya, kamu tinggal dimana sih Mir? (Balas Fadhil)
Aku tinggal di blok K5 nomor 10 ka (Balas Mira)
Waduh, ternyata kita sebelahan Mir. Kakak K5 nomor 11. Bisa keluar ga sekarang? Lihat ke sebelah aja. Kakak ngekos di lantai dua di sebelah rumah kamu. (Balas Fadhil)
Ok (Balas Mira)
Mira pun keluar dan melihat kearah samping rumahnya. Fadhil pun muncul dari situ.
“Waduh ternyata kita tetanggaan ya Mir. Hehehe..”
“Iya ka…hehe. Nggak nyangka”
“Iya, hmm jangan-jangan kamu yang ngintip aku semalam ya, saat aku duduk-duduk di beranda ini.”
“Waduh, iya ka maaf. Dikira maling. Abis tumben ada yang belum tidur jam segitu”
“Haha. Iya”
“Pantes saja kakak mirip seperti yang kulihat semalam. Eh ternyata betul itu kakak”
“Hmm, kakak turun ya, main ke rumah kamu. Nggak enak teriak-teriak gini kakak dari lantai dua. Hehe”
“Iya boleh kok..sip”
Fadhil turun ke lantai dasar dan langsung menyelusuri jalan menuju ke rumah Mira. Dan akhirnya, Fadhil pun tiba di rumah Mira.
“Assalamualaikum..”
“Walaikum salam. Masuk ka,” ujar Mira sambil mengajak Fadhil masuk ke ruang tamu.
“Nggak usah ah, ga enak. Duduk di kursi depan sini saja ya”
“Ya sudah, hehe.”
“Hehe… nggak nyangka ya kita tetanggaan Mir?”
“Iya ka”
“Hmm,,. Kaku ah nggak usah pakai kakak. Gue loe atau aku kamu aja ya”
“Iya-iya deh..”
“Semalam kamu belum tidur gitu? sampai-sampai kamu ngintip gitu. Haha ”
“Belum hhe. Semalam tuh aku mau nutup jendela kamar. Eh ternyata pintu kosan sebelah kok ke buka. Makanya itu, aku penasaran terus ngintip. Ternyata kamu ya belum tidur?”
“Iya Mir, Pusing banyak uts. Makanya tidur sampai larut gitu”
“Hmm…”
“Kamu memang kenapa kok belum tidur waktu itu sih?”
“Aku lagi ngerjain makalah hehe”
“Oh makalah apa?”
“Dampak Inflasi dan cara penanganannya”
“Wis, dulu waktu SMA, aku pernah tuh bikin makalah tentang inflasi”
“Wah iya ka? Minta datanya, masih ada nggak hehe. Buat referensi aja. Sebenarnya sih, aku kekurangan bahan juga”
“Ya, boleh kok. Nanti aku ambilin ya?”
“Iya makasih ya”
Tiba-tiba bisu. Mira melihat raut wajah Fadhil berubah.
“Dulu aku tuh ingin banget masuk Ekonomi dan Bisnis Mir”
“Lah kok nggak masuk ke jurusan itu ?”
“Ayahku keras kepala. Ia menyuruhku untuk jadi sarjana hukum”
“Hmm. Sabar yah ka. Kenapa kamu nggak berontak?”
“Sudah, tapi aku nggak mau jadi anak durhaka,” ucap Fadhil dengan raut kekecewaan.
“Hm,,, yaudah jalanin dulu saja, nanti kalau nggak kuat kakak pindah jurusan aja”
“Sulit Mir, masalahnya ini wasiat ayah. Ayah ku sudah meninggal.”
“Hmm. Memang berat ya,” Ucap Mira sambil menarik nafas panjang.
“Iya… Tapi untungnya, aku ketemu kamu. Bisa menuruti sebagian minatku,” ucap Fadhil sambil tersenyum bahagia.
“Haha, iya. Sudah jalannya kali ya kita bertemu. Jadi bisa nerusin minat kamu deh,” jawab Mira sambil membalas senyumnya.
“Wah aku bahagia banget Mir. Haha,” Fadhil tertawa.
“Hmm…”
“Aku yang ngerjain makalah kamu ya? Gimana? Hhe…”
“Wis, aku saja deh, nggak enak”
“Hmm, yaudah aku bantu saja deh ya?”
“Nah gitu nggak apa-apa. Hehe.”
“Ayo kita kerjakan sekarang”
“Hah? Sekarang?!”, Mira terkejut.
“Iya, ayo!”
“Aku ambil laptop dulu yah,” Mira beranjak meninggalkan Fadhil dan mengambil laptop.
***
Sejak saat itulah Fadhil dan Mira akrab. Mereka pun sering sharing, pulang bersama dan lain sebagainya.
Hingga suatu hari, Fadhil pun merayakan wisudanya.
“Mir, ini berkat loe,  Gue semangat. Loe karana loe! Hehe. Makasih ya,” ucap Fadhil sambil menunggingkan senyum kepuasan di pipinya.
“Iya sama-sama. Fadhil juga sudah bantu aku”
“Hmm, bentar lagi kita pisah ya Mir, gue kayaknya bakal kembali ke rumah gue yang lama. Jadi, gue nggak di kosan lagi deh,” ucap Fadhil sedih.
“Hmm, kan kita masih bisa smsan. Hehe”
“Hmm… gue kan sudah ngundang loe ke acara wisuda gue. Loe sudah dandan cantik nih. Gue boleh minta foto sama loe ya?,” ucap Fadhil memohon.
“Hmm, iya boleh hehe.” Mira pun bersiap-siap untuk berfoto bersama Fadhil.
Jepret! Sebuah foto berhasil diambil.
“Makasih ya,”ucap Fadhil sambil tersenyum manis.
“Iya sama-sama,” ucap Mira sambil membalas senyumnya.
“Gue pasti bakal bingkai hasil foto gue sama loe hehe”
“Haha, boleh…boleh saja.”
“Oh iya, gue ada kenang-kenangan buat loe. Ini…” Ucap Fadhil sambil menyerahkan sebuah gantungan kunci pada Mira.
“Makasih ya”
“Iya”
“Mir, mau gue anter pulang. Mumpung acara wisudanya sudah usai,” tawar Fadhil pada Mira.
“Hmm, ga usah lah ka. Nggak apa-apa”
“Gue nggak enak nih. Gue antar ya?”
“Ya sudah. Hehe”
Mira pun akhirnya diantar oleh Fadhil.
***
Sesampainya di rumah Mira…
“Jangan lupain gue ya. Awas…! Besok pagi-pagi gue sudah balik ke rumah gue.”
“Iya…iya ka…”
“Hmm, bakal kangen gue sama loe yang sering keceplosan manggil gue kakak. Hehe.”
“iya… maaf ya. Hehe”
“Ya sudah, Daa.. simpan gantungan kuncinya ya”
“Sip”
Fadhil pun berlalu. Mira masih terdiam di situ sampai bayangan Fadhil menghilang.
***
Hari-hari Mira terasa sepi. Fadhil, yang biasanya bisa ia lihat lewat jendela kamarnya sekarang sudah pindah. Mira merasakan kekosongan saat itu.
Ia melihat handphonenya. Tidak ada sms lagi dari Fadhil. Hmm, apakah Fadhil telah berhasil melupakannya?
Tiba- tiba…
“MIRA! MIRA SINI! ADA YANG DATANG!,” kakaknya berteriak dari ruang tamu.
“Siapa ka?,” Ucap Mira penasaran.
“Sini saja”
Mira berjalan tergesa menuju ruang tamu.
“FADHIL??!!,” Mira terkejut bukan main. Pipinya memerah. Ada kerinduan yang begitu dahsyat di hati Mira.
“Iya, gue sengaja datang kesini buat ketemu loe. Hehe”
“Hmm, haha”
“Gantungannya masih ada nggak?”
“Masih kok, kenapa?”
“Ambil deh….” Perintah Fadhil.
“Bentar ya,” Mira beranjak menuju kamarnya untuk mengambil tas yang ada gantungan kunci dari Fadhil.
Dan…
“Ini, Dhil. Ada di tasku”
“Sekarang loe buka kotak hadiah dari gue ya. Lihat tulisannya dan isinya,” Ucap Fadhil sambil tersenyum.
“Ini isinya apa?”
“Sudah, buka saja ya”
Mira pun membuka kotak dari Fadhil itu. Mira pun terkejut, ternyata isi kotak itu adalah kumpulan gantungan kunci yang sama. Lalu, di dalam kotak itu tertulis sebuah kalimat ‘Sangat sulit untuk mencari gantungan kunci yang sama ini, apalagi saat ku tak berada di sampingmu. Sangat sulit apabila ku hidup tanpa cahayamu yang selalu membuat ku semangat dan menyinari seluruh duniaku. Oleh karena itu, maukah kamu jadi pacarku Mir?’
Pipi Mira memerah. Dia tersipu malu.
“Kamu mau nggak jadi pacarku, Mir?,” Ucap Fadhil penuh harap.
“Hmm.. gimana ya, sudah ada seseorang  di hatiku ka”
“Ha? Siapa?”
“Seseorang yang dulu pernah ku intip dari jendela kamarku. Hehe…”
“Bercanda kamu… kakak kan?”
“Dih pede…”
“Yaudah kalau di tolak. Kembalikan gantungan kuncinya.”
“Ih, ini… Nggak salah lagi deh….”
“Apa?”
“Nggak salah lagi aku nerima kakak jadi pacarku”
“Dasar, bandel.”
“Hahahahaha”
Semua itu berakhir dengan bahagia. Dan akhirnya kedua sejoli itu pun dipersatukan. Dipersatukan dalam sebuah ikatan cinta.
TAMAT

Karya:Dewi Sri Tunjungsari
 Pendidikan IPS
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011





gambar diambil dari: sayahanyaliyla.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Film: Relationshit, "Shit" Banget Ini Film!

Director: Hardanius Larobu Writers: Alitt Susanto Stars: Jovial da Lopez, Fandy Chow, Dina Anjani, Natasha Wilona, Bayu Skak, Devina Aurel, Salshabilla Elovii SHIT! Itulah salah satu kata yang menggambarkan film ini. Trailernya saja berhasil membuat penasaran para penonton. Dari mulai kekocakan para tokoh, judul dan temanya yang benar-benar menarik sekali yakni cinta yang kerap membuat anak muda menjadi merasa dunia berjuta rasanya. SHIT! Mungkin inilah salah satu yang sering diucapkan anak muda dengan gaholnya apabila ia terjebak pada cinta yang rumit.. Antara cinta dan benci... Antara cinta dengan yang membahagiakan atau balik dengan mantan. Ya, inilah konflik dalam cerita ini. Jovial da Lopez, yang memerangkan Alit dalam tokoh ini diceritakan mengalami perdebatan hati. Ia tiba-tiba putus dengan Wina dengan suatu alasan. Padahal Wina adalah masa lalunya yang amat indah. Alit sukses menjadi penulis karena Wina. WINA dan hanya WINA. Tentunya bayang-bayang dan se

Menjadi Guru Berprestasi April 2020

Menjadi Teacher Of The Month di Fikar School tempat saya mengajar, adalah sesuatu yang membuat saya bersyukur tiada henti di 2020. Di bulan Desember 2019, saya mendapatkan peringkat teacher of the month December 2019. Di tahun 2020, saya kembali menjadi guru berprestasi di Bulan April 2020. Semoga bisa selalu berprestasi. Aamiin

Pengalaman Menjadi Guru Seni Prakarya di Sekolah dan Organisasi

Menjadi guru seni adalah suatu hal yang menyenangkan bagi saya. Memulai menjadi guru seni pada tahun 2017, kemudian founder mengintipnusantara.org dan graduatedshop membuat saya selalu mengupgrade diri untuk berkreasi. Berikut adalah beberapa karya murid-murid saya ketika saya mengajar.